Jumat, 23 November 2012

BUDAYA YANG ADA DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA


BUDAYA YANG ADA DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA

Kabupaten Biak Numfor merupakan salah salah satu kabupaten yang terletak di bagian utara provinsi papua. Kabupaten ini termasuk kabupaten yang sangat maju dibanding dengan kabupaten-kabupaten lainnya di provinsi papua. Selain itu pada kabupaten tersebut dikenal akan berbagai macam budaya dan kekayaan alamnya. Terdapat juga daerah korservasi bawah laut kecamaatan Padaido dan Aimando yang biasanya digunakan oleh para peneliti untuk meneliti hal-hal terberu tentang kehidupan dalam laut. Menurut pandapat para ahli atau para peneliti yang telah meneliti di di kedua kecamatan tersebut, di simpulkan bahwa kabupaten Biak Numfor sangat sesuai dan sangat tepat untuk di jadikan sebagai daerah konservasi bawah laut mengingat terdapat 30 pulau yang dimiliki oleh kabupaten tersebut. Berbicara tentang kabupaten Numfor secara tidak langsung kita berbicara akan budaya yang dimiliki oleh kabupaten tersebut. Berikut ini akan dipaparkan hal-hal yang menjadi budaya atau kebiasaan hidup masyarakat Numfor.
1.      Peralataan hidup
Ø  Senjata tradisional:
Busur dan anak panah: senjata tradisional yang di gunakan untuk berperang dan berburuh.
Kalawai: kalawai merupakan senjata tradisional yang dibuat dari batang bambu dan pada ujung bambu tersebut di pasang batangan- batangan besi yang berfariasi jumlahnya yakni tiga, empat atau lima. Senjata tradisional ini  biasa di gunakaan untuk berburuh atau melempar ikan di laut.
Tombak: tombak merupakan senjata tradisional yang terbuat dari kayu dan pada bagian ujungya di pasang besi yang sangat tajam. Senjata tradisional ini biasa digunakan untuk berburuh atau untuk berperang.

Ø  Rumah adat :
Rumsram: Rumah adat suku biak,atapnya terbuat dari daun sagu yang telah kering. Dindingnya terbuat dari pelepah sagu
2.      Kesenian
Ø  Alat musik:
Jukelele: alat musik yang terbuat dari kayu dan bentuknya seperti gitar tetapi, dalam ukuran mini, senar yang digunakan adalah nilon yang berukuran 20, 40, dan 60. Jukelele hanya memiliki 3 senar. Alat musik ini digunakan pada saat acara adat, acara keagamaan atau hanya sekedar untuk menghibur diri pada saat- saat santai.
Tifa: alat musik ini terbuat dari kayu dan kulit biawak. Pada alat musik ini terdapat ukiran- ukiran yang has biak. Alat musik ini biasa digunakan untuk mengiringi tarian-tarian dibiak.
Stembas: alat musik ini terbuat dari kayu dan bentuknya seperti gitar tetapi,  dalam ukuran jumbo atau besar, senar yang digunakan adalah nilon yang berukuran 300, 400, dan 500. Stembas hanya memiliki 3 senar. Alat musik ini hanya digunakan pada saat acara-acara adat, dan keagamaan saja. Cara memainkan alat musik ini adalah di tarik.
Triton: triton merupakan atat musik dari kulit kerang yang berukurang besar. Cara memainkan alat musik ini adalah ditiup. Dahulu kalah alat musik ini dibunyikan ketika akan memulai ibadah minggu pagi. Namun, digunakan juga dalam acara-acara  adat dan untuk mengingatkan masyarakat ketika akan ada peperangan.
Ø  Lagu daerah:
Apuse: lagu ini berasal dari biak. Secara singkat lagu tersebut menceritakan tentang seorang kakek dan cucunya. Pada suatu ketika, kakek dan cucunya sedang duduk-duduk di halaman depan rumah, sang cucu berkata kepada kakeknya, kek aku ingin pergi ke negeri seberang untuk menuntut ilmu. sang kakekpun berbalik dan menatap mata cucunya, lalu memberikan sehelai sapu tangan kepada cucunya dan berkata pergilah nak, Gunakan sapu tangan itu untuk mengusap air matamu ketika mengingatku.
Ø  Tarian adat:
Yospan: tarian yospan (yosim pancar) merupakan tarian asli biak. Tarian ini biasa di tarikan pada saat acara keagamaan, acara adat, atau untuk menyambut para pejabat yang mengadakan kunjungan ke kampung tertentu. Dalam menarikan tarian ini harus berpasangan laki-laki dan pereempuan.
Wor: wor merupakan tarian yang diiringi oleh lagu-lagu dari para petua adat. Untuk menarikan tarian ini, para penari diwajibkan untuk memegang satu senjata tradisional misalnya; tombak, busur, kalawai, dll.
Mapia: tarian ini besal dari salah satu pulau yang dimiliki oleh kabupaten biak numfor. Nama tarian tersebut disesuaikan dengan nama pulau tempat tarian itu berasal yaitu mapia. Dalam menarikan tarian ini harus berpasangan laki-laki dan perempuan. Tarian ini biasa ditarikan untuk menyambut kedatangan para pejabat kepulau ke pulau mapia.
Mansorandak: tarian mansorandak merupakan tarian yang ditarikan untuk menyambut kedatangan seseorang yang telah lama merantau di daerah lain. Tarian ini melibatkan seluruh angota keluarga dan keluarga-keluarga terdekat lainnya.

3.      Cerita Rakyat
Ada beberapa cerita rakyat dari Biak antara lain; ”Manarmakeri”,” Yohana”, “Af dan Aruken”. Namun berikut ini hanya akan dipaparkan secara singkat cerita rakyat Manarmakeri.
Manarmakeri adalah seorang yang sederhana, yang tinggal didaerah Biak timur. Dia hanya tinggal seorang diri tanpa dampingan dari seorang isteri dan anak. Dia dijauhi oleh masyarakat setempat karena penyakit kulitnya yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Karena kejadian ini, Dia pergi hidup menyendiri menghindari masyarakat tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan dia yaitu membuat saguer (minuman khas biak), yang terbuat dari pucuk kelapa yang hendak menjadi buah utuh.
Pada suatu hari, dia membuat saguer untuk dijual. Dia membuatnya dan sesekali mengecek hasilnya. Namun yang terjadi adalah, saguer tersebut terus habis karena diminum. Kejadian ini beberapa kali terjadi hingga membutnya penasaran, siapa yang telah meminum saguer tersebut. Akhirnya dia membuat rencana untuk mencari tahu siapa yang telah meminum saguer tersebut. Dengan bermalam di atas pohon kelapa tempat Ia membuat saguer itu, ia memantau keadaan malam itu disekitar tempat kejadian namun ia tidak melihat tanda-tanda akan adanya pecurian.

Hingga waktu mendekati pagi, Ia mendapati sebuah bintang yang cahayanya sangat terang, yang lama-kelamaan mendekati pohon kelapa tersebut. setelah melihat bintang yang semakin mendekat itu, Manarmakeri kembali bersembunyi di balik dahan pohon kelapa itu. Dilihatnya bintang pagi itu hendak mengambil saguer tersebut. Manarmakeri akhirnya memergoki bintang pagi tersebut dan langsung menangkapnya.

Saat menangkap bintang pagi tersebut, manarmakeri meminta agar bintang pagi tersebut bertanggung jawab atas hilangnya saguer yang telah Ia buat. Bintang pagi tersebut dengan menyesal meminta agar manarmakeri melepaskannya karena hari sudah hampir pagi dan bintang pagi tersebut harus kembali pada tempatnya. Namun manarmakeri tetap memaksa agar bintang pagi tersebut bertanggung jawab. Bintang pagi tersebut akhirnya membuat kesepakatan dengan Manarmakeri agar Ia bisa dilepaskan dan segera kembali ke tempatnya.
Bintang pagi tersebut kemudian memberi permintaan kepada Manarmakeri. Apa pun yang diminta Manarmakeri, ia akan mengabulkannya. Manarmakeri kemudian menggunakan kesempatan yang baik untuk meminta sebuah permintaan. “Berikan aku seorang wanita agar kujadikan dia sebagai isteriku”, kata Manarmakeri kepada bintang pagi itu. Bintang pagi itu mengiakan permintaannya dan langsung menyuruh Manarmakeri untuk mengambil buah dari pohon Bintanggur yang berada di tepi pantai. “Jika kau melihat para wanita yang sedang mandi di sungai, kau harus membuang buah Bintanggur tersebut mengikuti aliran air sungai tersebut dan menyentuh buah dada dari salah satu dari wanita tersebut, maka wanita itu yang akan menjadi isterimu”. Kata Bintang pagi melanjutkan perintahnya.
Manarmakeri mengikuti perintah Bintang Pagi itu. Dia lalu mengambil buah bintanggur dan membawanya ke dekat sungai yang di situ banyak wanita yang sedang mandi. Manarmakeri manghanyutkan buah Bintanggur tersebut hingga mengenai seorang wanita tepat di buah. Itulah garis-garis besar cerita rakyat Manarmaker yang berasal dari Biak Numfor..
4.      Bahasa daerah
Bahasa daerah yang digunakan di kabupaten biak numfor adalah bahasa baik. Hanya saja setiap kecamatan memiliki cara pelafalan atau dialek berbicara yang berbeda. Misalnya kata “pergi” di biak timur dalam bahasa biak disebut” kora”. Sedangkan di biak utara dalam bahasa biak disebut “ora”.
5.      Sistem kepercayaan
pada umumnya masyarakat di kabupaten Biak Numfor telah mempercayai  dan mengenal adanya Tuhan atau Sang pencipta. kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Biak adalah Kristen Protestan kemudian Khatolik dan yang terakhir adalah Islam. Kepercayaan kristen protestan sendiri dibawah oleh dua orang penginjil yang asal Belanda,  zendeling-werklieden (utusan tukang) dari Jerman, C.W. Ottow dan Johann Gottlob Geissler, sejak tahun 5 februari 1855 ke kota Manokwari (tepatnya di Mansinam) dan segera menyebar keseluruh pelosok tanah Papua. Dari situ masyarakat Papua, khususnya Biak, mulai perlahan-lahan meninggalkan ajaran / kepercayaan tradisional. “Manseren Nanggi” atau Tuhan, begitulah masyarakat Biak sering menyebut nama Sang Pencipta dalam bahasa Biak.




6.      Kepercayaan tradisional
Dahulu kalah masyarakat biak pada umunya menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Hal ini dibuktikan dengan adanya gua-gua, pohon-pohon, batu-batu, dan kubur atu makam yang ditemukan telah berusiah ratusan tahun. Sering juga para petua-petua adat menceritakat cerita-cerita yang menggambarkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat puba setempat.
7.      Sistem pencarian
sebagian besar masyarakat asli Biak berprofesi sebagai Nelayan dan Petani karena daerah biak sendiri sebagian besar merupakan daerah perairan dan memiliki pulau-pulau kecil yang sangat banyak. Sehingga memproduksi hasil laut yang banyak seperti ikan, lobster, udang, cumi, dll. Selain nelayan, masyarakat biak juga berprofesi sebagai petani. Hasil pertanian tersebut mulai dari buah hingga sayuran seperti  ketimun, cabai, kol, ubi-ibian, dll. Sehingga dari hasil ini, masyarakat biak memenuhi kebutuhan mereka.

4 komentar: