Sabtu, 08 September 2012

Permainan Tradisional Yang Berasal dari Biak, Papua



PERMAINAN TRADISIONAL YANG BERASAL DARI BIAK
 (PAPUA)

 



OLEH: WANGGRIZY WADER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULITAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA,
2012






KAYU MALELE
Permainan Kayu Malele merupakan salah satu permainan tradisional yang berasal dari Kabupaten Biak Numfor. Permainan ini selain menyenangkan juga melatih anak dalam beritung milai dari 1 sampai 1000 atau 5000. Permainan Kayu malele dapat di kategorikan sebagai permainan yang cukup berbahaya. Pemainan ini berbahaya bagi anak-anak yang belum mengetahui cara bermainnya. Permainan ini dapat di mainakan di halaman rumah atau juga di lapangan.
Ø  Untuk dapat memainkan permainan ini di butuhkan
         ·         Kayu berukuran 20 cm  1 batang
         ·         Kayu berukuran  50 cm  1 batang
         ·         Lubang  sedalam 10 cm, lebar lubang 4 cm dan panjang lubang 15 cm

Ø  Cara bermain:
           Sebelum  memainkan permainan ini, terlebih dahulu di bentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 3-5 orang. Untuk menentukan kelompok yang bermain pertama, di lakukan undian yang biasa di sebut  suten. Suten di lakukan oleh kedua ketua kelompok. Kelompok yang kalah dalam suten, bertugas mejaga kayu yang akan di ayung dan di pukul oleh kelompok yang bermain.  Dalam memainkan permainan ini ada dua tahap bermain yaitu:

·         Langkah Pertama,
Kayu berukuran 20 cm di letakan melintang di atas lubang.  kemudian,  kedua tangan memegang salah satu ujung kayu yang  berukuran 50 cm,  ujung yang satunya lagi di letakan di belakang kayu berukuran 20 cm  lalu, ayunglah sekuat tenaga. Tugas dari kelompok yang menjaga adalah menangkap kayu tersebut. jika tidak berhasil menangkap kayu tersebut maka, mereka harus melempar kayu tersebut ke arah lubang atau mengenah kayu berukuran 50 cm. jika tidak berhasil masuk di lubang maupun tidak mengenah kayu tersebut  maka, Kelompok yang sedang bermain melanjutkan permainan lagi ke langkah yang kedua.

·         Langkah kedua, terdiri dari dua cara
1.   Letakan kayu berukuran 20 cm melintang di atas lubang,
2.   Letakan Kayu yang berukuran 20 cm di dalam lubang

           Kelompok  yang bermain berhak memilih salah satu di antara dua cara di atas . Jika mereka  memilih cara yang pertama maka, cara bermainnya sebagai berikut :

            Gunakan kayu berukuran 50 cm untuk mengangat kayu berukuran 20 cm, lalu memukul kayu tersebut sejahu- jahunya. Kelompok yang bertugas menjaga berusaha untuk menangakap kayu yang di pukul oleh salah satu anggota dari  kelompok yang bermain.  jika tidak berhasil menangakap tersebut maka, kelompok yang bermain membawah kayu yang tadi digunakan untuk memukul lalu mulai menghitung dari tempat dimana kayu berukuran 20 cm itu jatuh hingga, ke lubang tempat di mulai pemukulan. Cara menghitungnya, kayu berukuran 50 cm di lankah-langkahkan. Setiap langkah memiliki nilai 5 atau 10 sesuai dengan kesepakatan kelompok sebelum bermain.Kedua langkah di atas di lakukan berulang-ulang oleh setiap anggota kelompok. Permainan dapat berakhir jika skor nilai dari salah satu kelompok sudah mencapai 1000 atau 5000 dan kelompok itu yang di nyatakan menang.






Ø  Hubungan Permaainan Kayu Malele Dengan Perkembangan Belajar Siswa

Bermain adalah dunia anak- anak, oleh sebab itu banyak orang memandang pentingnya pengalaman bermain bagi perkembangan koknitif dan motorik anak. Dalam memainkan Kayu Malele, tanpa sadar siswa telah melatih dirinya untuk menghitung dari 1 sampai 1000 atau 5000. Hal itu menurut saya sangat baik untuk perkembangan matematis dan motoriknya dan berdasarkan pengamatan kami, anak yang sering memainkan permainan ini kemampuan berhitungnya lebih baik di banding anak yang tidak pernah terlibat dalam memainkan permainan tersebut. Saat anak mengikut sertakan diri atau terlibat dalam permainan Kayu Malele, ia  sedang melatih diri untuk bekerja sama dengan kelompok dan juga belajar bermasyarakat.

Piaget mengisyaratkan agar pengajaran matematika oleh para pendidik harus di sesuaikan dengan perkembangan mental anak.
Berikut tahap- tahap perkembangan menurut Piaget:
1.     Tahap Sensori motor (0 – 2 tahun)
2.     Tahap Preoperasional (2 – 7 tahun)
3.     Tahap Operasi Konkrit (7 – 12 tahun)
4.     Tahap Operasi Formal (12 - dewasa)


Berdasarkan tahap – tahap  perkembangan menurut Piaget di atas dapat kami simpulkan bahwa, untuk mengajarkan konsep matematika kepada anak di bawah usia 12 tahun adalah dengan benda – benda konkrit serta permainan yang diharapkan dapat memudahkan pemahaman siswa. Dari implikasi ini tentunya permainan yang di kembangkan anak sendiri, akan lebih mudah bila di mainkan. Hal ini di dasarkan pada pemikiran anak memilih permainannya sendiri yang di kuasainya, tentunya dengan harapan jenis permainan yang di peroleh adalah yang bernilai edukatif, terutama yang mengandung matematika.

Dengan pengalaman yang di peroleh dari permainan yang mengandung nilai pendidikan seperti permainan Kayu Malele, di harapkan anak akan lebih mudah menangkap apa yang di kemukakan guru dalam pengajaran matematika.