PERMAINAN TRADISIONAL YANG BERASAL DARI BIAK
(PAPUA)
OLEH: WANGGRIZY WADER
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULITAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA,
2012
KAYU MALELE
Permainan Kayu Malele merupakan salah
satu permainan tradisional yang berasal dari Kabupaten Biak Numfor. Permainan ini selain menyenangkan juga
melatih anak dalam beritung milai dari 1 sampai 1000 atau 5000. Permainan Kayu malele dapat di
kategorikan sebagai permainan yang cukup berbahaya. Pemainan ini
berbahaya bagi anak-anak
yang belum mengetahui cara bermainnya.
Permainan ini dapat di mainakan di halaman rumah atau juga di lapangan.
Ø Untuk
dapat memainkan permainan ini di butuhkan
·
Kayu
berukuran 20 cm 1 batang
·
Kayu
berukuran 50 cm 1 batang
·
Lubang sedalam 10 cm, lebar lubang 4 cm dan panjang
lubang 15
cm
Ø Cara
bermain:
Sebelum memainkan permainan ini, terlebih dahulu di
bentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari 3-5 orang. Untuk menentukan
kelompok yang bermain pertama, di lakukan undian yang biasa di sebut suten. Suten di lakukan oleh kedua ketua
kelompok. Kelompok yang kalah dalam suten, bertugas mejaga kayu yang akan di
ayung dan di pukul oleh kelompok yang bermain.
Dalam memainkan
permainan ini ada dua tahap bermain yaitu:
·
Langkah Pertama,
Kayu berukuran 20 cm di letakan
melintang di atas lubang. kemudian, kedua tangan memegang salah satu ujung kayu
yang berukuran 50 cm, ujung yang satunya lagi di letakan di belakang kayu berukuran 20
cm lalu, ayunglah sekuat tenaga. Tugas dari kelompok
yang menjaga adalah menangkap kayu tersebut. jika tidak berhasil menangkap kayu
tersebut maka, mereka harus melempar kayu tersebut ke arah lubang atau mengenah
kayu berukuran 50 cm. jika tidak berhasil masuk di lubang maupun tidak mengenah
kayu tersebut maka, Kelompok yang sedang bermain melanjutkan
permainan lagi ke
langkah yang kedua.
·
Langkah kedua, terdiri dari dua cara
1. Letakan
kayu berukuran 20 cm melintang
di atas lubang,
2. Letakan
Kayu yang berukuran 20 cm di dalam lubang
Kelompok yang bermain berhak memilih salah
satu di antara dua cara di
atas . Jika mereka
memilih cara yang pertama maka, cara
bermainnya sebagai berikut :
Gunakan
kayu berukuran 50 cm
untuk mengangat kayu berukuran 20 cm, lalu memukul kayu tersebut sejahu- jahunya. Kelompok yang
bertugas menjaga berusaha untuk menangakap kayu yang di pukul oleh
salah satu anggota dari kelompok yang bermain.
jika tidak berhasil
menangakap tersebut maka, kelompok
yang bermain membawah kayu yang tadi digunakan untuk memukul lalu mulai menghitung dari tempat dimana kayu berukuran
20 cm itu jatuh
hingga, ke lubang tempat di mulai pemukulan. Cara menghitungnya, kayu berukuran
50 cm di lankah-langkahkan. Setiap langkah memiliki nilai 5 atau 10 sesuai
dengan kesepakatan kelompok sebelum bermain.Kedua langkah di atas di lakukan
berulang-ulang oleh setiap anggota kelompok. Permainan dapat berakhir jika skor
nilai dari
salah satu
kelompok sudah mencapai 1000 atau 5000 dan kelompok itu yang di
nyatakan menang.
Ø Hubungan Permaainan Kayu Malele Dengan Perkembangan
Belajar Siswa
Bermain adalah
dunia anak- anak, oleh sebab itu banyak orang memandang pentingnya pengalaman
bermain bagi perkembangan koknitif dan motorik anak. Dalam memainkan Kayu
Malele, tanpa sadar siswa telah melatih dirinya untuk menghitung dari 1 sampai
1000 atau 5000. Hal itu menurut saya sangat baik untuk perkembangan matematis
dan motoriknya dan berdasarkan pengamatan kami, anak yang sering memainkan
permainan ini kemampuan berhitungnya lebih baik di banding anak yang tidak
pernah terlibat dalam memainkan permainan tersebut. Saat anak mengikut sertakan
diri atau terlibat dalam permainan Kayu Malele, ia sedang melatih diri untuk bekerja sama dengan
kelompok dan juga belajar bermasyarakat.
Piaget mengisyaratkan agar
pengajaran matematika oleh para pendidik harus di sesuaikan dengan perkembangan
mental anak.
Berikut
tahap- tahap perkembangan menurut Piaget:
1. Tahap
Sensori motor (0 – 2 tahun)
2. Tahap
Preoperasional (2 – 7 tahun)
3. Tahap
Operasi Konkrit (7 – 12 tahun)
4. Tahap
Operasi Formal (12 - dewasa)
Berdasarkan
tahap – tahap perkembangan menurut
Piaget di atas dapat kami simpulkan bahwa, untuk mengajarkan konsep matematika
kepada anak di bawah usia 12 tahun adalah dengan benda – benda konkrit serta permainan
yang diharapkan dapat memudahkan pemahaman siswa. Dari implikasi ini tentunya
permainan yang di kembangkan anak sendiri, akan lebih mudah bila di mainkan.
Hal ini di dasarkan pada pemikiran anak memilih permainannya sendiri yang di
kuasainya, tentunya dengan harapan jenis permainan yang di peroleh adalah yang
bernilai edukatif, terutama yang mengandung matematika.
Dengan
pengalaman yang di peroleh dari permainan yang mengandung nilai pendidikan
seperti permainan Kayu Malele, di harapkan anak akan lebih mudah menangkap apa
yang di kemukakan guru dalam pengajaran matematika.